Jakarta, Gramediapost.com
Dialog memaknai perdamaian Aceh digelar di Mes Aceh, Rabu (14/8/2019) dimulai pukul 14.00 WIB sampai selesai.
Menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan A Djalil, Ketua Umum SIRA yang juga mantan Wagub Aceh Muhammad Nazar, senator Aceh Fachrul Razi dan lain-lain.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian refleksi 14 Tahun MoU Helsinki yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki Finlandia. Penyelenggara kegiatan pemuda dan mahasiswa Aceh di Jakarta.
Muhammad Nazar mengatakan,dialog itu akan mengingatkan masyarakat tentang makna perdamaian yang dicapai Aceh dan Pemerintah Indonesia.
“Ini bagus untuk terus saling merefleksikan diri,” kata Muhammad Nazar yang hadir sebagai salah seorang narasumber.
Nazar menghimbau kepada Pemerintah Pusat untuk terus memperhatikan dan mengawal Aceh.
“Jangan kecewakan rakyat Aceh, Pemerintah harus serius memperhatikan masyarakat Aceh tentunya dengan mengedepankan penyelesaian 11 butir perjanjian perdamaian Aceh di Helsinki,” papar Nazar.
Fachrul Razi mengatakan dari sekian banyak butir-butir perjanjian Helsinki, ada 11 butir yang belum dilaksanakan.
“Sebelas butir tersebut adalah hutang dari para stack holder yang ikut menandatangani MoU Perdamaian Aceh di Helsinki. Selain 11 butir tersebut yang perlu diwaspadai adalah penumpang gelap yaitu korupsi. Kasus korupsi itu jelas mempengaruhi perdamaian di Aceh,” tutur Razi.
Sedangkan Sofyan Jalil menyebut bahwa ada ketidakpuasan dengan situasi dan kondisi di Aceh.
“Masalah ketidakadilan, birokratis yang tidak efektif, Pemerintah yang tidak baik, penumpang gelap merupakan beberapa isu yang berpotensi menyebabkan konflik di Aceh. Kuncinya tetap mempertahankan dialog dengan melibatkan para tokoh-tokoh di Aceh. Bangunlah saling percaya melalui dialog,” kata Sofyan.(Win)