Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
FeaturedNasional

Strategi Makro: Desas-desus tentang Stimulus Fiskal Menguat; Pelonggaran Terukur dari BI dalam Waktu Dekat

25
×

Strategi Makro: Desas-desus tentang Stimulus Fiskal Menguat; Pelonggaran Terukur dari BI dalam Waktu Dekat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

FX: Obrolan stimulus fiskal meningkat

Example 300x600

Valuta Asing: Desas-desus tentang stimulus fiskal menguat

Jakarta, Gramediapost.com

Hampir semua mata uang bertahan di kisaran minggu lalu menjelang rapat Bank Sentral AS di Jackson Hole, negara bagian Wyoming, pada 23 Agustus. Kekhawatiran resesi dunia meningkat menyusul perpindahan dana dari ekuitas ke obligasi. Sejak Bank Sentral AS menurunkan suku bunganya pada 31 Juli, Selandia Baru, India, Thailand dan Filipina telah menurunkan suku bunganya. Singapura dan Hongkong menurunkan perkiraan resmi pertumbuhan tahun ini ke 0-1% dari masing-masing 1,5-2,5% dan 2-3%. Seperti Singapura dan Hongkong, beberapa ekonomi terbesar Eropa (seperti, Jerman dan Inggris) juga melaporkan pertumbuhan negatif secara triwulanan pada 2019. Anjloknya peso Argentina pada minggu lalu menjadi peringatan gamblang betapa rapuh sentimen pemodal saat ini.

Tidak mengherankan jika semakin banyak pemerintah mulai melakukan persiapan untuk paket stimulus ekonomi fiskal. India, misalnya, menyadari bahwa penurunan suku bunga empat kali belum ditransmisikan secara efektif ke ekonomi riil. Pemerintah India sedang mempertimbangkan paket stimulus. Sementara itu, Thailand mengumumkan paket stimulus senilai 316 miliar bath untuk subsidi petani, pemberian uang tunai untuk pekerja berpenghasilan rendah dan wisatawan dalam negeri. Di Eropa, Jerman mulai menyiapkan stimulus fiskal seandainya terjadi resesi, skenario yang tidak lagi dianggap mustahil oleh Bundesbank. Terakhir, Presiden AS Trump juga mempertimbangkan pemangkasan pajak penghasilan agar ekonomi AS tetap tumbuh menjelang pemilihan presiden pada tahun depan.

Suku bunga: Pelonggaran terukur dari BI dalam waktu dekat

Kami berpendapat bahwa pelonggaran terukur dari Bank Indonesia (BI) dalam beberapa triwulan ke depan dapat mendukung obligasi pemerintah Indonesia. Di tengah defisit neraca berjalan, yang terus lebar saat ini (melampaui 3% dalam dua triwulan berturut-turut), dapat dipahami jika BI enggan melonggarkan kebijakannya jika dibandingkan dengan bank sentral lain. BI hanya memangkas suku bunga 25 basis poin sepanjang tahun ini. Sebaliknya, bank sentral menaikkan suku bunganya 175 basis poin secara kumulatif pada 2018. Pelonggaran lebih lanjut dari kebijakan moneter ketat kemungkinan dilakukan, tetapi kami menduga bahwa untuk saat ini, BI hanya akan merasa nyaman menyamai laju penurunan suku bunga Bank Sentral AS. Risiko pendanaan eksternal masih menjadi isu dalam lingkungan yang bergejolak saat ini.

Sementara itu, indikator likuiditas nampak beragam. Meskipun suku bunga antarbank sudah stabil, suku bunga tersirat (baik dalam maupun luar negeri) nampak sedikit lebih tinggi. Terlebih, likuiditas perbankan nampak ketat meskipun BI mengurangi operasi pasar terbuka. Hal itu membuka peluang bagi penurunan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio, RRR) pada sidang kebijakan esok.

Secara umum, aliran dana asing akan mendukung saat imbal hasil rendah (kepemilikan asing di obligasi pemerintah Indonesia meningkat lebih dari Rp1.000 triliun sepanjang tahun ini). Obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun menawarkan premi hampir 600 bps kali lebih besar dari surat utang pemerintah AS (US Treasuries) dengan tenor sama. Kami berpendapat bahwa selisih imbal hasil saat ini tinggi. Hanya ada dua peristiwa (krisis keuangan global 2008/2009 dan kekhawatiran devaluasi Cina pada 2015) di mana selisih melebar jauh. Kami berpendapat bahwa fokus BI pada stabilitas rupiah dan upaya melunakkan volatilitas harga obligasi harus memberikan kenyamanan bagi pemodal, bahkan jika itu berarti bahwa keuntungan cepat (dari pelonggaran agresif) tidak akan segera terjadi.

Philip Wee

FX Strategist

philipwee@dbs.com

Eugene Leow

Rates Strategist

eugeneleow@dbs.com

***

Tentang DBS

DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan kehadiran di 18 pasar. Berkantor pusat dan terdaftar di Singapura, DBS memiliki pertumbuhan dalam tiga sumbu pertumbuhan utama Asia: Cina, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Peringkat kredit “AA-” dan “Aa1” bank termasuk yang tertinggi di dunia.

Dikenal dengan kepemimpinan globalnya, DBS telah dinobatkan sebagai “Best Bank in The World” oleh Euromoney, “Global Bank of the Year” oleh The Banker dan “Best Bank in the World” oleh Global Finance. Bank ini berada di garis terdepan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan, diberi nama “World’s Best Digital Bank” oleh Euromoney. Selain itu, DBS telah diberikan penghargaan “Safest Bank in Asia” oleh Global Finance selama sepuluh tahun berturut-turut dari tahun 2009 hingga 2018.

DBS menyediakan berbagai layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perbankan perusahaan. Sebagai bank yang lahir dan dibesarkan di Asia, DBS memahami seluk-beluk berbisnis di pasar paling dinamis di kawasan ini. DBS berkomitmen untuk membangun hubungan yang langgeng dengan nasabah, dan berdampak positif terhadap masyarakat melalui dukungan perusahaan sosial dengan cara bank-bank Asia. DBS juga telah mendirikan yayasan dengan total dana senilai SGD 50 juta untuk memperkuat upaya tanggung jawab sosial perusahaan di Singapura dan di seluruh Asia.

Dengan jaringan operasional yang ekstensif di Asia dan menitikberatkan pada pada keterlibatan dan pemberdayaan stafnya, DBS menyajikan peluang karir yang menarik. Bank ini mengakui gairah, komitmen, dan semangat dari 27.000 karyawan kami, yang mewakili lebih dari 40 kebangsaan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.dbs.com.

(Hotben)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *