Jakarta, pilarnkri.com – Sejumlah pimpinan Sinode Gereja dan tokoh Kristen dari berbagai daerah di Indonesia angkat bicara menyikapi aksi demo mahasiswa yang berakhir anarkis diberbagai daerah.
Ketua Sinode Gereja Kristen Baithany, Pdt. Ferry Kapoyos, dalam keterangannya kepada redaksi pilarnkri.com mengatakan:
“Unjuk rasa mahasiswa yang anarkis seperti ini sudah tidak murni lagi. Ini jelas ditunggangi pihak lain. Tadi saya menyaksikan sendiri dari jalan tol, orang-orang berjalan kaki dengan menggunalan seragam pramuka, tapi muka mereka kelihatan sudah dewasa dan tua-tua. Bukan usia pelajar. Apalagi di depan gedung DPR-RI mereka berteriak turunkan Jokowi.”
Dari Sulawesi Utara, Pdt. Lucky Rumopa, ketua jemaat atau gembala salah satu gereja GMIM di Manado sekaligus Staff Khusus Gubernur Sulut bersuara keras soal demo rusuh mahasiswa:
“Mereka itu bilang demo menyuarakan aspirasi rakyat, tapi koq merusak hak milik rakyat dan fasilitas umum yang diperuntukkan untuk rakyat. Jangan mengarasnamakan rakyat dengan demo anarkis seperti itu.”
Ketua Gerakan Kasih Indonesia (GERKINDO) Provinsi DIY Yogyakarta, Pdt. Dr. Johannes Siahaya mengatakan:
“Sebagai bangsa yang demokratis, selama taat peraturan dan tertib silahkan saja demo. Tapi kalau menjurus anarkis orang Kristen di Indonesia harus menolak dan tidak boleh terlibat. Kita perlu membedakan mana demonstrasi yang murni dan mana yang memakai demo untuk kepentingan kelompok, apalagi untuk menjatuhkan Pemerintah.”
Dari Sumatera, Pdt. Hery Widagdo Ketua PGLII Riau berkata, “Mahasiswa harus ekstra waspada akan potensi adanya penumpang gelap yang mencemari kemurnian demo menyampaikan aspirasi.”
Komentar lembut disampaikan Pdt. Dr. Marthin Sinaga, Dosen luarbiasa STT dan STF Driyarkara:
“Mahasiswa Indonesia harusnya mencontoh Greta Thunberg, remaja Swedia yang menggerakkan demonstrasi besar yang mendunia. Jutaan siswa digerakkan memprotes negaranya sendiri yang gagal membatasi emisi CO.
Di Indonesia mahasiswa memprotes Undang-undang yg merugikan hidup dan yg memperlemah pemberantasan korupsi. Kedua hal ini harus kita pahami sebagai protes demi menyelamatkan masa depan. Dunia tak punya masa depan kalau iklim memanas, dan Indonesia tak punya masa depan kalau korupsi jadi budaya hidup.”
Dari Kupang, Ketua Gerkindo NTT, Pdt. Johny Kilapong mengatakan, “Pemerintah harus segera bertindak menangkap otak dan pendana dibalik demo mahasiswa anarkis yang berujung rusuh karena telah menciptakan kekacauan kerusuhan dan memanfaatkan mahasiswa serta oelajar untuk mengganggu pemerintahan yang sah, mengganggu kedaulatan negara.”
Penatua gereja Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), Edwin Poluan mengatakan:
“Sikap kritis mahasiswa perlu sebaagai intelektul dan pimpinan bangsa kedepan. Namun hindari aksi ikut-ikutan tanpa mempelajari persoalan secara mendalam. Apalagi sampai terpapar sikap yang anarkis destruktif. Sebagai komponen bangsa yang bertanggung jawab, mahasiswa seharusnya mengedepankan karakter yang simpatik humanis sehingga aspirasi yang disampaikan dengan benar bisa diakomodir dan ditanggapi yang berwewenang”.
Dari Jawa Timur, Pdt. Rudolf F. Polimpung, Wakil Presiden Dewan Pimpinan Nasional PGPI-P (Perkumpulan Gerakan Pentakosta Indonesia Pembaharuan) berujar:
“Aksi demo akhir-akhir ini telah menciderai azas demokrasi yang luhur. Sangat mengganggu ketertiban umum, merugikan dan kontra produktif. Cenderung ingin menguasai dan memaksakan kehendak yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sungguh mengecewakan dan harus segera dihentikan. Bila perlu dengan tegas dan keras”.
(27/9/2019)