SAKIT NURANI
Oleh: Ega Mawardin
Tragedi teror apapun bentuknya selalu tidak menyenangkan. Tak ada ajaran agama yang membenarkan tindakan teror dengan alasan apapun. Teror perbuatan di luar akal sehat manusia normal atau suatu perbuatan kekejaman yang dilakukan orang-orang yang sakit secara kejiwaan baik karena dilandasi kebencian atau ajaran yang salah. Itulah sebabnya kamus bahasa Indonesia memberikan arti teror/téror adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Dapat diartikan tindakan teror adalah perbuatan terkutuk/biadab dari seseorang atau golongan dengan tujuan menciptakan ketakutan.
Tragedi Pandeglang berupa tindakan teror yang dilakukan sepasang suami istri terhadap pejabat negara (dalam hal ini Menkopolkam Wiranto) menyita perhatian kita semua, betapa tidak seorang pejabat negara dengan mudahnya menjadi sasaran kejahatan dengan tujuan pembunuhan dari orang atau sekelompok orang yang diduga berasal dari kelompok ajaran agama yang salah ajar. Usaha pembunuhan ini tentu bukan suatu kriminal biasa, tetapi kejahatan kepada kemanusiaan dan kejahatan kepada negara. Kejadian ini bukan juga hal yang baru, sebab rentetan teror sebelumnya, baik ledakan bom maupun pembunuhan dengan kekerasan telah menelan banyak korban jiwa pada umumnya rakyat biasa yang tak ada kaitannya dengan tuntutan dan keinginan pelaku teror itu sendiri yang bercita-cita diiming-iming masuk surga serta dihadiahi para bidadari.
Tak kalah mengejutkan dan diluar dugaan serta perkiraan akal sehat adalah rentetan peristiwa setelah teror itu yaitu komentar pengguna media sosial. Sebut saja komentar Hanun Rais dengan entengnya mengatakan bahwa kejadian itu sebuah settingan, sebuah rekayasa untuk mendapatkan atau memperbesar kucuran dana dari pemerintah. Dan komentar ini memicu kegaduhan baru di media sosial, disusul dengan komentar yang senada dan miring tentang peristiwa itu. Puluhan bahkan ratusan komentar lainnya muncul dari dua sisi berbeda, disatu pihak mendukung ucapan Hanun Rais dan dipihak lain mencaci maki Hanun Rais saling berbalas komentar di media sosial.
Lentik jari indah yang menari-nari genit meniru pemikiran ala Harun Rais di ponsel dan ikut nampang di media sosial Facebook kini memakan korban. Tiga istri prajurit TNI terpaksa merelakan suami mereka dicopot jabatannya dan dibui 14 hari hanya karena gerak jari mereka tidak lagi menggunakan akal sehat tentang mana yang boleh dan mana yang tidak boleh diungkapkan. Entah apa yang dipikirkan para istri tentara ini sebelumnya seakan mendukung teror itu terjadi. Sementara itu hanya jelang sehari Kepala Staff TNI AD bertindak cepat menjatuhkan hukuman sesuai dengan hukum dikemiliteran. Hanun sendiri dikabarkan sudah dilaporkan ke polisi pada kasus yang sama.
Kini kita tahu sebagian masyarakat kita memang sakit, sakit telah kehilangan nurani, sakit telah kehilangan empati, sakit telah kehilangan simpatik. Entah apa yang merasuki hati dan jiwa masyarakat kita kini sampai sekelas orang seperti Hanun Rais bisa kehilangan nurani, kehilangan empati pada korban peristiwa teror itu. Rasa benci yang demikian besar, telah membutakan matahati untuk melihat kebenaran, rasa benci yang mengakar dalam hati telah menghilangkan akal sehat dan mungkin budi yang dimiliki digantikan dengan dendam yang terus menggorogoti pikiran. Entahlah apa yang merasuki sebagian masyarakat kita kini. Dimana nurani, dimana didikan dari orang tua, dimana nilai agama yang dipamerkan, ah semuanya itu sepertinya hanya penutup tubuh saja agar terlihat manis.
Indonesia harus segera berbenah, menata diri, membersihkan sampah, menyingkirkan benalu. Indonesia sudah di lampu merah dan harus segera bertindak. Akarnya adalah kaum radikal yang selama puluhan tahun dibiarkan beranak cucu dengan bebas dan berbuat sesukanya. Pemerintah tidak boleh lalai, pemerintah tidak boleh lagi memberi ruang dan waktu bagi mereka penyebar kebencian. Apa yang dilakukan Andika sang prajurit harus ditiru oleh semua pimpinan untuk menindak anggotanya yang keluar dari jalur hukum negara. Jangan terulang seorang dosen pertanian IPB yang harusnya menyemai benih unruk petani malah menyemai bom untuk teror. Indonesia kini darurat sakit, harus segera diobati dan yang sehat jangan sampai ketularan wabah radikalisme yang terus disebar oleh mereka yang anti NKRI. Mari maju bersama untuk Indonesiaku yang sehat jasmani dan rohani.
Ega Mawardin ll Sekjen DPP MUKI