Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
FeaturedOpini

Ramalan Perekonomian Indonesia Di Tengah Ketidakpastian

32
×

Ramalan Perekonomian Indonesia Di Tengah Ketidakpastian

Sebarkan artikel ini
Yonge Sihombing
Example 468x60

Ramalan Perekonomian Indonesia Di Tengah Ketidakpastian

 

Example 300x600

Oleh: Yonge Sihombing, SE., MBA

 

Tulisan: “Ramalan Perekonomian Indonesia Di Tengah Ketidakpastian”, mencoba memberikan pendapat dan pandangan penulis terhadap ramalan-ramalan tentang kondisi perekonomian Indonesia tahun 2020 dan 2021 yang disampaikan oleh para peramal, — mulai dari institusi pemerintah, lembaga internasional, dunia usaha, pengamat, akademisi, politisi, dan lainnya —-, yang berkembang dalam dua minggu terakhir ini, baik melalui forum-forum diskusi, seminar, dan publikasi media massa maupun cetak.

Tulisan ini bertujuan untuk meneguhkan dan menguatkan ramalan yang telah disampaikan oleh para peramal, sehingga ramalan yang disampaikan dapat memberikan ketenangan dan ketentraman masyarakat dunia.

Dalam ilmu ekonomi ada sebuah istilah yang lazim digunakan, yaitu kata ramalan. Ramalan ekonomi, adalah sebuah prediksi atau perkiraan yang didasarkan pada teori, dalil, data, informasi, hipotesa, asumsi, dan lainnya yang dianggap perlu untuk membuat ramalan.

Selanjutnya seluruh teori, dalil, data, informasi, asumsi, dan hipotesa dimodifikasi secara simbolik, biasanya menggunakan simbol Y, X, dan simbol lainya. Kemudian simbol-simbol tersebut dioperasionalkan kepada sebuah model, rumusan, atau formula (formulasi), misalnya Y=X, atau Y= f(X). Artinya, jika variabel X berubah, maka variabel Y akan berubah, dengan kata lain, perubahan Y, ditentukan oleh perubahan pada variabel X.

Dari hasil pantauan saya terhadap ramalan yang disampaikan, ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Perbedaan ramalan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari perbedaan sudut pandang, teori, data, dalil, informasi, asumsi-asumsi yang digunakan, tingkat keyakinan, hipotesa, dan faktor lainnya, yang dimiliki dan digunakan oleh masing-masing para peramal.

*Perbedaan Ramalan*
Berikut perbedaan ramalan tentang kondisi ekonomi Indonesia tahun 2020 dan tahun 2021. Pertama, Ramalan Bank Dunia. Bank Dunia (World Bank) meramalkan kondisi ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh minus 3,5 persen, atau bisa jadi tumbuh 2,1 persen di 2020. Kemudian untuk tahun 2021, Bank Dunia meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di 5,2 persen.

Kedua, Ramalan Asian Development Bank (ADB). Asian Development Bank (ADB) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 hanya berada di kisaran 2,5 persen. Sedangkan ADB optimis kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia berbalik mencapai 5,0 persen di tahun 2021.

Ketiga, Moody’s meramal pertumbuhan ekonomi RI di 2020 berada di 3,0 persen, sedangkan untuk tahun 2021 mencapai 4,3 persen.

Keempat, International Monetary Fund atau IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 di kisaran 0,5 persen. Sedangkan di 2021, IMF meramal pertumbuhan ekonomi berada di 8,2 persen. Kelima, Pemerintah Indonesia sendiri meramalkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dbisa tumbuh di 2,3 persen. Sedangkan untuk tahun 2021 bisa tumbuh di kisaran 4,5 s/d 5,5 persen.

Keenam, Bank Indonesia (BI) meramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 di Bawah 2,3 Persen. Sedangkan untuk tahun 2021, BI pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi 6,6 persen hingga 7,1 persen. Ketujuh, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 hanya mencapai 1 persen.

*Ketidakpastian*
Dari seluruh ramalan ekonomi Indonesia tahun 2020 dan tahun 2021, menggunakan asumsi utama, yaitu ketidakpastian waktu berakhirnya wabah pandemik Covid 19. Artinya, seluruh ramalan yang dilakukan, diperhadapkan dengan bayang-bayang ketidakpastian. Dengan demikian ramalan tentang ekonomi Indonesia tergantung pada masa berakhirnya wabah pandemi Covid 19.

Dalam konteks resesi akibat pandemi saat ini, salah satu yang meramalkan pemulihan dalam bentuk ini adalah Larry Hu, analis dari Macrique Group. Asumsinya adalah virus corona mulai mereda di Eropa dan AS pada April atau Mei dan membuat kebijakan pembatasan sosial dilonggarkan. Dengan begitu kegiatan ekonomi bisa bergerak kembali.

Dari catatan kami, negara Eropa seperti Jerman dan Denmark serta beberapa negara bagian di AS memang telah melonggarkan pembatasan sosial untuk pergerakan ekonomi mulai bulan ini.

Di sisi lain, kata Larry seperti dilansir Bloomberg, pergerakan kembali perekonomian tersebut ditopang dengan banyaknya stimulus pemerintah telah mampu meredam gelombang pengangguran dan kebangkrutan usaha. Ekonomi pun akan kembali seperti sebelum krisis pada 2021.

Kajian Morgan Stanley adalah yang meramal pemulihan ekonomi setelah pandemi corona dalam bentuk kurva U. Khususnya di wilayah Asia ex Jepang (AxJ). Asumsinya, tekanan dari sisi suplai dan permintaan yang terjadi di Tiongkok berlangsung sepanjang kuartal pertama tahun ini. Sementara negara AxJ sisanya akan terus melambat hingga akhir kuartal kedua tahun ini karena pelemahan agregat permintaan secara global.

Hal itu disebabkan masa pandemi yang belum dapat dipastikan akhirnya. Sehingga pelonggaran pembatasan pergerakan belum mungkin dilakukan banyak negara. Permintaan dan pergerakan suplai global pun masih terbatas.

*Penutup*
Akhirnya tibalah saya pada penutup tulisan ini, dengan menyampaikan semoga wabah pandemi Covid 19 segera berakhir, sehingga ketidakpastian semakin berkurang, yang pada gilirannya semakin memudahkan, dan mendekatkan ramalan ekonomi Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang baik. Saya senantiasa percaya, bahwa wabah pandemi covid 19 akan segera berakhir, dan ekonomi Indonesia bisa bergerak dan tumbuh dengan cepat.

Salam. Merdeka. Merdeka. Merdeka.

Medan, Kamis, 18 Juni 2020
Hormat Saya Penulis

Yonge Sihombing
081360578435

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *