Pilarnkri.com
Jakarta, 4 Juli 2023 – Kegiatan Sarasehan Revitalisasi Trisakti telah memasuki hari kedua pada Selasa (4/7/2023) yang diselenggarakan di Gedung Herritage Kemenko PMK Jakarta. Tema yang diangkat pada hari ini yaitu Berdikari di Bidang Ekonomi.
Acara tersebut dimoderatori oleh Katiman selaku Asisten Deputi Penanganan Kemiskinan Kemenko PMK. Dengan pembicaranya yakni Nunung Nuryartono selaku Guru Besar Bidang Pembangunan Ekonomi IPB sekaligus Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK, Arif Budimanta Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, dan Anggota Dewan Pengarah BRIN Tri Mumpuni.
Deputi Nunung menjelaskan bahwa penerapan Sistem Ekonomi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama menjadi basis pembangunan yang berkelanjutan.
Adapun prinsip dari Sistem Eknomi Pancasila yaitu bergeraknya roda pemerintahan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; adanya kemauan yang kuat dari masyarakat untuk mewujudkan pemerataan sosial; penciptaan perekonomian yang tangguh harus menjadi prioritas kebijakan ekonomi; koperasi menjadi penegak perekonomian; serta perlu adanya keseimbangan antaranya perencanaan di tingkat nasional maupun daerah untuk menjamin keadilan sosial.
“Dengan adanya Sistem Ekonomi Pancasila dapat memperkuat persatuan nasional melalui proses gotong-royong dengan melakukan distribusi akses ekonomi yang adil bagi seluruh warga negara,” Jelasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Arif Budimanta juga menyebut bahwa peran Pancasila dalam membangun perekonomian nasional dengan menghubungkan kekuatan pelaku dan sumberdaya perekonomian golongan mikro kecil (UMKM) sebagai basis produksi dan distribusi dengan prinsip sinergi serta saling memajukan.
“Dengan sistem ekonomi Pancasila semua elemen masyarakat saling terhubung melalui panduan perekonomian nasional yang terintegrasi dan holistik sehingga keadilan sosial yang dirasakan nyata oleh seluruh rakyat Indonesia,” Ujarnya.
Untuk memastikan pembangunan menuju Indonesia Emas 2045 terlaksana dengan baik, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan intervensi, mencari solusi dari setiap persoalan dan melakukan akselerasi di setiap pelaksanaan kebijakan.
Namun itu semua tidak akan bisa diatasi sendiri oleh pemerintah. Dari berbagai penelitian diketahui muncul beberapa persoalan sebagai dampak dari globalisasi, kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi, antara lain maraknya perdagangan online dan peralihan tenaga kerja dari manusia menjadi berbasis mesin (otomasi mesin).
Dampak lainnya adalah terkait teknologi informasi, semakin canggih ternyata memberikan celah bagi pengacau untuk membuat kebohongan informasi (hoax) demi keuntungannya ataupun membuat fitnah-fitnah yang mengadu domba.
Oleh karena itu, Tri Mumpuni menjabarkan terkait konsep Ekotekno-Antropologi dimana mengkolaborasikan antara teknologi dengan budaya, tradisi, dan kebiasaan hidup masyarakat lokal. Karena selama ini masyarakat hanya menjadi pengguna hasil-hasil industri saja
“Dengan penerapan konsep Ekotekno-Antropologi ini diharapkan masyarakat lokal dapat ikut berkontribusi sebagai produsen sehingga produk-produk lokal kita dapat bersaing,” Ucapnya.
Nunung Nuriartono sbg Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK juga mengatakan dihadapan Media Elektronik ; “Tentu yang kedua ini kita bicara ekonomi, kemarin kita bicara politik, ekonomi dan besok budaya dalam konteks bagaimana kita mengaktualisasi kembali dan merevitalisasi pemikiran-pemikiran kaitannya dengan trisakti. Didalam ekonomi sendiri item yang penting bagaimana pendirian ekonomi. Tapi sekali lagi trisakti tidak bisa dipisah politik sendiri, ekonomi sendiri, budaya sendiri itu tidak bisa. Oleh karena itu yang kita dorong pada hari ini bagaimana konteks dalam kemandirian ekonomi sebagai satu bangsa itu bisa mencapai tujuan bernegara untuk mensejahterakan seluruh masyarakat dengan konteks prinsip keadilan sosial. Caranya tadi sudah disampaikan yang pertama upaya yang sangat penting untuk bisa mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi yang basisnya adalah kerjasama atau dalam istilah kita gotong royong.
Jadi itu yang perlu kita sampaikan kepada peserta seminar hari ini bagaimana kemandirian ekonomi yang dibangun dengan kemuatan ekonomi kita karena kita menyadari sepenuhnya bahwa kita punya basis-basis yang bisa digunakan untuk mendukung kemandirian ekonomi kita. Sumber daya alam kita luar biasa dan juga kalau kita lihat dalam perspektif kami dan menurut saya utamanya bagaimana melihat Indonesia secara keseluruhan tidak hanya Jawa atau Sumatera tapi Indonesia dari Aceh sampai Papua sehingga ketika kita bicara kesejahteraan harus dari Aceh sampai Papua, keadilan sosial dari Aceh sampai Papua. Kira-kira konstruksinya seperti itu. Oleh karena itu ketika kita bicara soal pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi yang bisa mensejahterakan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak meninggalkan persoalan-persoalan lebih lanjut. Pemerintah tentunya melihat ada banyak program yang diarahkan untuk kelompok-kelompok masyarakat lapisan bawah terutama kemiskinan ekstrim di 2024 itu harus nol. Pemetintah hadir ini wujud bagaimana pemerintah betul-betul bisa mendorong bahwa seluruh masyarakat itu mendapatkan hak-haknya mulai dari perlindungan sosial, pendidikan, akses kesehatan maka ada jaminan sosial kesehatan yang kaitannya dengan ketenagakerjaan dst.
Jadi ada satu tool yang bisa kita ukur dengan apakah masing-masing daerah capaian revolusi mentalnya sudah sampai dimana. Ada indeksnya dan diukur dan ternyata kalau kita kaitkan apakah di CRM ini memberikan dampak terhadap permasalahan atau terhadap upaya menyelesaikan permasalahan. Ternyata kita lihat lagi di indeks capaian revolusi mental ada Indonesia bersih, Indonesia mandiri, Indonesia tertib, Indonesia melayani, Indonesia sehat. Jadi 5 gerakkan ini ternyata dari hasil analisis itu memberikan satu resultante terhadap penurunan efek kemiskinan. Kalau kita kembali melihat konteksnya semua gerakkan-gerakkan ini prinsipnya bersama-sama jadi gerakan yang didrive oleh satu aktivitas bersama. Tiap tahun kita mengukur capaian revolusi mental.
Ketika berbicara tentang revolusi mental beliau sudah merevolusi dirinya. Ketika menjadi seorang pemimpin beliau sudah siap. Oleh karenanya kalau menurut kami dimulai dari pemimpin-pemimpinnya dulu. Ketika para pemimpinnya bersih, bisa memberikan contoh teladan saya yakin seluruh komponen masyarakat akan mengikuti. Ikan itu busuk dari kepalanya bukan dari ekornya oleh karenanya ini yang harus kita perhatikan bahwa kami dibirokrasi sekarang harus melayani dan memberikan contoh betul-betul kita pada suatu aturan yang bisa mendorong tercapainya kesejahteraan.
Mudah-mudahan revolusi mental ini memberikan efek pendidikan moral dan pendidikan moral itu harus ditanamkan sejak kecil. Keluarga juga menjadi unit yang menjadi bagian penting untuk memberikan pendidikan moral selain disekolah. Guru juga menjadi contoh semua yang menjadi bagian konstruksi masyarakat untuk berinteraksi harus bisa,” tutupnya.