Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Nasional

Gereja & Masyarakat Marjinal

4844
×

Gereja & Masyarakat Marjinal

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Gereja & Masyarakat Marjinal

 

Example 300x600

Oleh: Amistan Purba

 

Etimologi

 

Kata “gereja” berasal dari bahasa Portugis, yaitu “igreja”. Kata igreja ini merupakan kutipan dari bahasa Latin, yang kemudian dikutip dari bahasa Yunani, yaitu “ekklesia”, secara harfiah berarti yang dipanggil keluar. Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok orang yang dipanggil untuk berkumpul melakukan sesuatu.

Marjinal berasal dari bahasa inggris “marginal” yang berarti jumlah yang sangat kecil. Masyarakat marjinal atau kaum marjinal merupakan sebutan untuk kelompok sosial yang terpinggirkan oleh sebuah tatanan masyarakat baik dalam ekonomi, pendidikan dan budaya. Masyarakat marjinal hidup karena kesulitan ekonomi, penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka identik sebagai masyarakat miskin kota, yang berprofesi sebagai pemulung, pengemis, gelandangan, atau pun buruh.

Konsep Alkitab

Konsep masyarakat marjinal dalam Alkitab bisa dideskripsikan semacam masyarakat yang terpinggirkan, baik dari perspektif kehidupan, status sosial, maupun cara berpikir. Alkitab mengekspresikan keadaan manusia secara sosial yang dimarjinalkan, dan memotivasi umat Allah untuk memberikan perhatian kepada mereka. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari Alkitab mengenai masyarakat marjinal, antara lain:

– Yesus melayani masyarakat marjinal yang dianggap pendosa, seperti pemungut cukai, pelacur, dan perempuan Samaria. Yesus, membangun relasi dengan mereka, menyembuhkan mereka, dan berbaur bersama mereka.

– Lukas memberikan perhatian lebih kepada kaum marjinal, seperti wanita dan orang miskin. Lukas mengajak pembacanya untuk memahami bahwa Allah memperhatikan masyarakat marjinal, sehingga umat Allah pun dituntut untuk memberikan perhatian kepada mereka.

– Keadilan Sosial. Alkitab mengajarkan bahwa keadilan sosial merupakan tanggung jawab moral umat beriman. Yesaya menyerukan untuk berbuat baik, mencari keadilan, menolong orang yang tertindas, berjuanglah bagi hak anak yatim, dan belalah hak janda (lihat Yesaya 1:17).

Aspek Yang Perlu Ditekankan

Beberapa aspek yang perlu ditekankan mengenai tugas gereja terhadap masyarakat marjinal, antara lain :

– Memberikan subsidi. Gereja dapat bertugas memberikan subsidi materi seperti makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Gereja juga dapat menolong masyarakat marjinal yang menghadapi masalah hukum atau kesulitan finansial.

– Memberdayakan. Tugas gereja dapat berperan memberdayakan masyarakat marjinal dengan membuka kursus atau pelatihan sesuai kebutuhan mereka.

– Memberikan supplort spiritual. Gereja dapat memberikan support spiritual kepada masyarakat marjinal melalui ibadah dan doa bersama.

– Membela kemanusiaan. Gereja ikut berperan membela kemanusiaan anak-anak marjinal.

– Bekerja sama dengan berbagai pihak. Gereja dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk isu kemanusiaan.

– Berjuang bersama korban pelanggaran HAM. Gereja ikut serta berjuang bersama korban pelanggaran HAM untuk hak-hak mereka.

– Menyuarakan kebenaran dan keadilan. Gereja berperan menyuarakan kebenaran dan keadilan untuk kesejahteraan bersama.

– Menghormati nilai-nilai Pancasila. Gereja ikut berperan dalam menghormati nilai-nilai Pancasila dalam terang Kristiani.

Tugas Gereja Kepada Masyarakat Marjinal

Tugas gereja kepada gelandangan, pengemis, anak terlantar dan pengamen sebagai masyarakat marjinal, pada realitasnya tentu berpandangan praktis. Gereja merupakan komunitas orang-orang yang telah dipanggil keluar untuk menjadi saksi di tengah-tengah dunia.

Konsepsi ini substansial bahwa gereja mempunyai tugas yang secara antusias menciptakan sekaligus memelihara perdamaian, keadilan dan kesejahteraan di dunia. Karena itu, tugas gereja tidak hanya terbatas pada cakupan keagamaan, melainkan juga sosial.

Melalui dimensi sosial, gereja dengan pengertian inklusif berupaya untuk mencegah dan menangani problem-problem yang mencuat di masyarakat. Lukas 4:18-19 mengilustrasikan tentang pelayanan Yesus yang mengimplikasikan aspek sosial. Artinya, pelayanan gereja yang berdasarkan pada kepedulian sosial merupakan panggilan yang datang dari Tuhan dan juga mewujudkan bagian tak terpisahkan dari kultur Kekristenan.

Gereja tampil sebagai pelayan masyarakat tentu memiliki simbol prophet. Artinya, gereja aware eksistensinya berada di tengah-tengah suasana yang penuh dengan pertentangan dan konflik.

Saat menghadapi pertentangan tersebut, gereja yang memiliki simbol prophet dengan tegas merepresentasikan preferensi yang diambilnya. Gereja yang memiliki simbol prophet membela kepada mereka yang tertindas dan pada saat yang sama berperan dalam perjuangan bersama melawan realitas penindasan.

Melalui simbol prophetnya, gereja yang menginterpretasikan tugas untuk secara aktif berperan dalam mengonversikan realitas kehidupan masyarakat marjinal.

Gereja sebagai pelayan masyarakat kompeten memainkan peran penting dalam membantu masyarakat marjinal seperti gelandangan, pengemis, anak jalanan, dan penyandang disabilitas. Peran ini muncul sebagai akibat dari pertemuan secara konkret antara gereja dan masyarakat tersebut. Gereja memiliki ajaran-ajaran mengenai kasih sayang, kepedulian, dan keadilan sosial. Akan tetapi, ajaran tersebut harus diwujudkan melalui relasi moralistis yang terjadi antara gereja dan masyarakat marjinal. Hal ini menandakan bahwa gereja dalam memainkan perannya, harus bersikap holistik. Artinya, gereja senantiasa tampil dalam challenges yang dialami masyarakat. Secara pragmatis, gereja turut-serta mengatasi kehidupan sosial-ekonomi yang kontradiktif.

Keikutsertaan dalam memikirkan mengenai suatu masyarakat yang hidup dalam kesenjangan, membuat seseorang itu tak dapat lari dari kehidupan sosial. Hal ini juga semestinya terjadi pada gereja dalam integritasnya. Karena itu dalam menjalankan tugasnya, secara teknis, gereja dapat membantu masyarakat marjinal seperti memberikan bantuan makanan, memberikan akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan, serta memberikan pelatihan kerja. Gereja juga dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga sosial dan pemerintah dalam memberikan bantuan. Dalam membantu masyarakat marjinal, gereja dapat memberikan perhatian yang spesifik dan merespons kebutuhan individu secara lebih personal, sehingga dapat menumbuhkan rasa self-confidence dan membangun hubungan saling bermanfaat antara gereja dan masyarakat marjinal.

Gereja memegang tugas penting dalam memperhatikan masyarakat marjinal. Oleh sebab itu, gereja perlu aware adanya struktur sosial yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan sehingga menimbulkan kesenjangan sosial. Kemudian, gereja perlu berupaya untuk memperjuangkan keadilan sosial melalui persuasi-persuasi faktual. Selain itu, gereja juga perlu mengubah pola pikir terhadap masyarakat marjinal perkotaan, dari semata-mata memandang mereka sebagai beban atau masalah, menjadi mengakui keberadaan mereka sebagai bagian dari masyarakat yang perlu diakui hak-haknya. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pembudayaan masyarakat tentang hak asasi manusia dan martabat manusia yang setiap orang memiliki.

Di situasi masyarakat marjinal, tugas ini sangat penting. Karena masyarakat marjinal sering kali hidup dalam kondisi yang sulit dan rentan menjadi korban kekerasan fisik, eksploitasi, dan diskriminasi oleh orang- orang yang lebih kuat. Oleh karena itu, tuntutan moralistis ini harus dijadikan landasan dalam interaksi dengan mereka, sehingga gereja tidak hanya melihat mereka sebagai objek atau masalah, melainkan sebagai individu yang memiliki martabat dan hak yang sama dengan orang lain. Gereja tidak hanya tahu keberadaan masyarakat marjinal, melainkan gereja juga tampil sebagai preventif sosial bagi mereka. Gereja harus berupaya untuk bertindak secara real dalam memperjuangkan keadilan terhadap mereka yang tereliminasi di sisi belakang gegap gempitanya perkotaan.

Sebagai agen perubahan sosial, gereja mesti membangun hubungan yang terbuka dan saling membantu dengan masyarakat marjinal. Di samping itu, gereja juga dapat menopang mereka dalam memperkuat kemandirian. Karena itu, penting menjalin hubungan yang didasarkan pada rasa solidaritas dan tugas moral yang substansial, sehingga gereja dapat memahami dan membantu masyarakat marjinal dengan cara yang lebih baik dan manusiawi.

Dalam menunaikan tugasnya, gereja perlu melewati batasan antara anggota gereja dan bukan anggota gereja. Dengan melewati batasan itu, gereja dalam implementasi sosialnya memerankan kepedulian terhadap kemanusiaan. Upaya ini memanifestasikan bahwa gereja ikut berperan terhadap mereka yang berada di jalan-jalan, meskipun mereka bukanlah anggota dari gereja tertentu. Sebagai institusi moral di masyarakat, gereja harus mau membuka diri, menjiwai secara nyata keberadaan mereka yang terpinggirkan dari lingkungan sosial-ekonominya. Kepedulian membuat gereja menjadi semakin responsif sehingga kapabel menumbuhkan kiprah solider di tengah-tengah masyarakat. Salam Advent.

Penulis:
Amistan Purba, S.Si (Teol.), SE, MM.
Akademisi Agama Kristen
STIE Dharma Bumiputera, Jakarta.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *