Jakarta, pilarnkri.com – Maraknya unjuk rasa mahasiswa berakhir rusuh dan anarkis dalam tiga hari terakhir disikapi para pimpinan sinode dan aras Gereja, 26/9/2019.
Ketua Umum Sinode Gereja Sahabat Indonesia, Pdt. Dr. M. Tomana dalam keteranganya pada pilarnkri.com mengatakan:
“Semua pihak diminta bijaksana dan tidak terprovokasi apalagi bertindak anarkis.
Kalau sudah rusuh dan anarkis, hukum harus ditegakkan. Negara harus hadir. Tangkap otak intekektual, pendana dan para petualang politik yang merongrong wibawa pemerintah”, ujar Tomana.
Sekretaris Umum PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) Pdt. Dr. Freddy Soenyoto menegaskan:
“Seharusnya sebagai salah satu penjaga demokrasi, mahasiswa menghindari kerusuhan. Unjuk rasa santun dan damai harus dibangun dikalangan kampus oleh mahasiswa yang mengemban Tridarma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.”
Hal senada disampaikan Pdt. Jenny Eva Karosekali M.Si, Ketua Klasis Gereja Batak Karo Protestan (GBKP):
“Sebagai mahasiswa harusnya menyalurkan aspirasi dengan gaya intelektual. Sikap kritis dan analitis dalam berdemo tetap harus dipertahankan karena itulah ciri mahasiswa dan ilmuwan. Tapi jangan berubah anarkis apalagi menjadi Mahkamah jalanan.
Apakah para mahasiswa itu sudah membaca dan mempelajari RUU KUHP dan RUU lainnya yang mereka demo? Bisa-bisa mereka tidak tahu persis hal apa yang mereka demo.”
Ketua Umum Sinode Gereja Reformasi Indonesia, Pdt. Netsen, mengatakan “Aksi rusuh bukan tindakan terpuji. Itu anarkis dan ketidaktaatan terhadap hukum. Aksi rusuh hanya menunjukkan bahwa manusia semakin rusak mentalnya, terjadi degradasi moral, emosi telah mengalahkan hati dan sikap rasional.”
Pdt. Ali Santoso, Ketua Umum Sinode GPKDI menjelaskan, “Saya tidak setuju aksi unjuk rasa mahasiswa yang berakhir rusuh. Alangkah baiknya unjuk rasa dilakukan dengan damai dan kooperatif. Apalagi mereka calon pemimpin masa depan.”
Pdt. Indra Bramono S.E, Sekretaris Umum GSJA dalam kapasitas pribadi mengatakan:
“Apakah anarkis dan kerusuhan adalah tujuan mereka berdemo? Terjadinya kerusuhan dan sikap anarkia itu justru menciderai tujuan utama demo, juga merugikan masyarakat luas yang harus tetap menjalankan aktifitas hariannya.
Saya berpikir kemungkinannya tanpa pendemo itu sadar mereka sedang ditunggangi orang-orang yang sengaja ingin berbuat keonaran. Sebaiknya para pemimpin mereka menenangkan kelompoknya dan segera akhiri unjuk rasa.”
Dari daerah, Ketua Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Sulawesi Utara, Pdt. Edwin Sumilat, MA menjelaskan:
“Penyampaian aspirasi murni demi pembelaan hak asasi manusia sebenarnya adalah perjuangan yang mulia.
Namun ketika melakukan tindakan anarkis disaat lembaga terkait, DPR dan Pemerintah telah melakukan apa yang diminta pengunjuk rasa, maka itu sudah bentuk pelanggaran hukum yang harus ditindak.”
Pdt. Yerry Tawalujan M.Th, Moderator dari Forum Kerjasama Ormas Kristen (Forum yang terdiri dari sekitar 70 Ormas) menambahkan: “Saatnya Polri dan TNI mengakhiri unjuk rasa anarkis itu. Ini sudah tidak murni penyampaian pendapat. Kami mendukung sikap tegas Polri segera atasi kerusuhan”.
(26/9/2019)